Oleh : H.Jondri Akmal,dr.,MARS
Ibadah Kurban merupakan sebuah ibadah dengan menyembelih hewan kurban dengan tujuan hanya beribadah kepada Allah yang dilakukan pada hari raya idul adha sampai 3 hari hari tasyrik, 11,12,13 Zulhijjah.
Mengapa kita umat muslim harus melakukan kurban? Karena itu adalah perintah dari Allah melalui habibullah, Nabi Muhammad SAW. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memiliki kelapangan, sedangkan ia tidak berkurban, janganlah dekat-dekat musholla kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim, namun hadits ini mauquf).
Hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisyah adalah Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)
Lalu apa makna kurban bagi dokter?
Sebenarnya pertanyaan ini berlaku bagi kita umat muslim semunya. Ibadah kurban itu berlaku untuk dua sisi atau dimensi. Dimensi vertikal dan horizontal atau sosial. Dimensi vertikal merupakan bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya mendapatkan keridhaan-Nya. Sedangkan dalam dimensi horizontal atau sosial, kurban bertujuan untuk menggembirakan hati kaum fakir pada Hari Raya Idul Adha. Karena itu, daging kurban hendaklah diberikan kepada mereka yang membutuhkan, boleh saja menyisakan secukupnya untuk dikonsumsi keluarga yang berkurban, tetapi dengan tetap mengutamakan kaum fakir dan miskin.
Mengutamakan daging qurban kepada kaum fakir diperintahkan Allah dalam surat Al-hajj ayat 28. “Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28).
Bagi kaum fakir, menikmati daging mungkin sesuatu yang sangat mewah, mungkin mereka dapatkan hanya sekali setahun atau tak pernah sakalipun dan bila itu mereka dapatkan hati mereka sangat senang. Sedangkan bagi mereka yang berpunya makan daging mungkin setiap saat bila mereka mau. Nah disinilah rasa kepedulian, kesetiakawanan, itu di uji Allah. Apakah orang yang berpunya memiliki rasa kepedulian terhadap kaum fakirnya?
Para dokter yang ekonominya di atas rata-rata, seyogyanya punya rasa kepedulian dengan melakukan kurban. Sehingga dimensi sosialnya tercapai dan dimensi vertikalnya sampai kepada Allah Ta’ala.
Selamat melaksanakan ibadah kurban. Semoga!



